Oleh: Maryo Hernis Perdana Kusuma

Kisah hidup Rasulullah memanglah sangatlah berat, yang mana beliau harus menyebarkan dakwah  dengan berperang melawan kaum kafir dan ada kalanya beliau bahagia karena sahabat dan istrinya selalu mensupport dan menemaninya dikala sedang kesusahan. Namun ada satu sahabat Rasulullah yang selalu membuat beliau tersenyum dan tertawa sebab tingkah lakunya yang unik dan sangat jahil terhadap sahabat yang lain, namanya ialah Nu’aiman bin Amru bin Rafa’ah. Suatu ketika Ibnu Majah pernah bercerita bahwasanya dulu Abu Bakar pernah mengajak Nu’aiman pergi ke Negeri Syam. Saat itu Abu Bakar mendatangi Rasulullah dan beliau berkata.

Ya Rasulullah saya ingin meminta izin.

Lantas Rasulullah menjawab “Mau apa kamu wahai Abu Bakar?.

Abu bakar berkata “Saya ingin mengajak kedua sahabatmu ya Rasulullah untuk pergi berjualan.

Rasulullah bertanya lagi “Siapa sahabatku yang ingin kamu ajak berjualan wahai Abu Bakar?.

Abu Bakar menjawab “Nu’aiman dan Suwaibith ya Rasulullah.

Lalu Rasulullah bertanya kembali “Untuk apa kamu mengajak Nu’aiman?.

Abu Bakar berkata “Supaya lebih asyik saja ya Rasulullah.

Rasulullah bertanya kembali “Apa kamu yakin Abu Bakar?.”

Kemudian Rasulullah mengizinkan Abu Bakar untuk mengajak Nu’aiman dan Suwaibith untuk berdagang di Syam. Suwaibith bin Harmalah dengan Nu’aiman memiliki karakter yang berbeda, yang mana Nu’aiman memiliki karakter aneh dan unik. Ada sedikit selingan cerita yang mana waktu itu pernah Rasulullah  mendapatkan makanan dari Nu’aiman sangat banyak kemudian dikasihkan ke Rasulullah dan para sahabat. Ketik makanan sudah habis Nu’aiman berkata ke Rasulullah.

Ini makanan belum dibayar ya Rasulullah tolong engkau yang bayar makanan ini Rasulullah

Lantas Rasulullah berkata ke sahabat yang lainnya “Ayo keluarkan uang kalian, kita sama-sama patungan buat bayar makanannya.

Kembali ke cerita utama, sesampainya di Syam semuanya mendapatkan bagian untuk bertugas.

Kemudian Nu’aiman bertanya “Apa yang dapat saya lakukan wahai Abu Bakar?

Abu Bakar menjawab “Terserah kamu Nu’aiman mau ngapain, yang terpenting kamu ikut saya wahai Nu’aiman.

Selanjutnya Abu Bakar bertanya ke Suwaibith “Apa yang kamu ingin kerjakan Suwaibith?.

Suwaibith menjawab “Terserah engkau wahai Abu Bakar.

Lalu Abu Bakar berkata “Yasudah tugasmu menjaga makanan saja, sebab saya sudah tau kamu orang yang selalu menjaga amanah dengan baik.

Pada akhirnya semua mendapatkan tugas dari Abu Bakar terkecuali Nu’aiman yang bebas melakukan apa saja. Setelah itu Abu Bakar pergi sebab sibuk dengan kesibukkannya sampai waktu siang tiba. Ketika siang hari sebelum Abu Bakar datang Nu’aiman mulai merasakan lapar. Kemudian ia mencari makanan namun ia teringat bahwa dirinya tidak membawa uang dan ketika Abu Bakar pergi ia juga tidak mendapatkan uang yang mana Abu Bakar yang mengajak Nu’aiman ikut bersamanya malah tidak di berikan uang. Kemudian Nu’aiman bertemu dengan Suwaibith yang menjaga makanan dan berkata.

Wahai Suwaibith saya sudah lapar, aku ingin makan berikan makanan itu satu roti juga tidak apa-apa yang penting saya makan.

Suwaibith menjawab “Astagfirullah Nu’aiman lebih baik kita tunggu Abu Bakar saja sebab saya mendapatkan amanah untuk menjaga makanan ini dan saya tidak boleh memberikan kepada siapapun kecuali Abu Bakar sudah mengizinkannya.”

Nu’aiman pun mengacam Suwaibith dengan berkata “Berikan saya makanan sekarang atau kalau tidak saya akan bikin masalah dengan kamu wahai Suwaibith.

Suwaibith pun merasa ketakutan sampai wajahnya memerah karena ia sudah tau bahwa Rasulullah pernah di permainkan oleh Nu’aiman sampai Rasulullah sendiri kerepotan menghadapi kelakuannya.

Suwaibith di dalam hatinya berkata “Apa yang harus saya lakukan?

Lalu Nu’aima berkata lagi “Mudah Saja cukup berikan saya sedikit makanan maka saya tidak akan bikin masalah denganmu.”

Setelah lama berpikir Suwaibith menjawab “Saya tetap ingin menjaga makanan ini karena saya takut ini perintah Allah, perontah Rasulullah SAW, dan juga perintah dari Abu Bakar.

Nu’aiman sudah mulai kesal dan berkata “Yasudah jika itu mau kamu berarti kamu ingin bertengkar dengan saya.” Kemudian Nu’aiman mulai pergi ke pasar dan ia mencari tempat penjualan budak atau hamba sahaya. Selanjutnya beliau melihat-lihat dan bertanya ke penjual.

Ini berapa harganya?

Ini 200 Dirham” jawab si penjual.

Dan seterusnya ia bertanya ke penjual, yang mana harga budak sekitar 200 sampai 400 Dirham saat itu. Kemudian Nu’aiman berkata ke si penjual budak.

Saya juga memiliki hamba sahaya dan hanya saya jual murah 20 Dirham saja.

Yang benar saja apakah ada hamba sahaya semurah itu?” si penjual bertanya dan heran.

Iya benar saya punya hamba sahaya dengan harga tersebut, namun ia punya aib terdapat kekurangan padanya?.

Si penjual bertanya kembali “Apa itu kekurangannya?.

Nu’aiman menjawab “Jika kalian membawanya pasti ia berteriak seraya berkata bahwasanya dia orang yang merdeka dan bukan hamba sahaya.

Akhirnya banyak orang yang berkumpul untuk berlomba-lomba mendapatkan budak atau hamba sahaya tersebut. Kemudian Nu’aiman menunjuk Suwaibith yang masih menjaga makanan dan berkata ke penjual hamba sahaya yang ingin membeli budak ke Nu’aiman.

Itulah hamba sahaya yang saya maksudkan ia sedang menjual makanan kalian bisa membawanya silahkan saja.

Penjual budak tadi berkata “Baiklah ini uangnya, saya akan membawanya.

Berikutnya penjual mulai mendatangi Suwaibith dan membawanya, sementara Nu’aiman pergi dan membawa uangnya ke dalam saku. Dan benar saja Suwaibith berteriak dan berkata bahwasanya dirinya bukan hamba sahaya dan sudah merdeka. Lalu orang-orang yang menjual budak berkata.

Saya ini sudah tau apa aib atau kekuranganmu, saya tidak membutuhkan bualanmu yang saya butuhkan kerja kerasmu, sebab hamba sahaya tugasnya hanya bekerja ke pembeli.

Yang akhirnya Suwaibith dijual di pasar kembali oleh penjual budak tadi. Uang yang didapatkan Nu’aiman dari hasil menjual Suwaibith di gunakan untuk membeli makanan, minuman, dan hadiah untuk Rasulullah ketika masih di Syam. Abu Bakar pun kembali ke tempatnya Suwaibith karena sudah lapar, namun Abu Bakar kebingungan sebenarnya kemana Suwaibith kenapa tidak menjaga makanan sesuai dengan amanatnya. Lalu Nu’aiman menjawab tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Suwaibith sudah saya jual tadi wahai Abu Bakar.”

Abu Bakar bertanya “Apa maksudmu Nu’aiman, kenapa kamu jual Suwaibith dia itu bukan hamba sahaya?.

Selanjutnya Nu’aiman bercerita kejadian tadi dengan berterus terang kepada Abu Bakar. Akhirnya Nu’aiman mengantarkan Abu Bakar ke pasar lalu di beli kembali Suwaibith oleh Abu Bakar. Sepulang dari Syam ke Madinah cerita tersebut di jelaskan oleh Abu Bakar ke Rasulullah sampai Nabi tertawa karena tingkah laku Nu’aiman, setiap ada tamu yang datang ke kediaman Rasulullah pasti Nabi menceritakan kisah tersebut. Bahkan saat itu pernah juga tamu dari Rasulullah dijahili oleh Nu’aiman dengan memotong unta para tamunya. Itulah cerita singkat dari Nu’aiman yang selalu membuat Rasulullah tersenyum karena tingkah lakunya yang jahil dan unik dibandingkan dengan sahabat yang lainnya.

Nama saya adalah Maryo Hernis Perdana Kusuma, lahir di Kediri, 17 Desember 2000, saya adalah anak kedua dari dua bersaudara. Maryo adalah nama panggilan saya, saya terlahir di keluarga yang sederhana. Ketika berumur 6 tahun, saya memulai pendidikan di SDIT Empat Mei, Kediri, kemudian setelah lulus melanjutkan pendidikan di MTsN 7 Kediri di tahun 2011. Setelah lulus dari MTs di tahun 2014, saya melanjutkan pendidikannya di MAN 4 Kediri. Dan di tahun 2019 saya melanjutkan ke jenjang mahasiswa dan kuliah di UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung hingga saat ini.

No Telpon: 0895384303180

Instagram: @muhmaryohernisperdanakusuma

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *