Syaikh Muhammad Djamil Sa’adi Koto Tuo (wafat 1970), Mungka, Payakumbuh, ialah salah seorang ulama terkemuka di Minangkabau, khususnya di Darek. Beliau juga merupakan seorang pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) bersama teman-teman sesama ulama seperti Syaikh Sulaiman Arrasuli, Syaikh Abdul Wahid Asshalihi, Syaikh Jamil Jaho. Beliau mendirikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah Surau Baru, yang menjadi basis keilmuan Islam di Lima Puluh Kota. Di Madrasah ini dipelajari berbagai macam keilmuan, mulai fiqih, tauhid, ilmu tafsir, ilmu alat, dan lain-lain lewat kitab kuning. Di kelas-kelas tinggi, yaitu kelas VII (tujuh) di madrasah ini dipelajari Tuhfaturraghibin karya Imam Mahalli, Syarah Ibni Aqil beserta hasyiyahnya, Syarah Jam’ul Jawami’ karya Imam al-Subki, dan kitab-kitab mu’tamad lainnya. Murid-murid madrasah ini berasal dari berbagai daerah, mulai dari Lima Puluh Kota sendiri, Agam, Tanah Datar, hingga luar Sumatera Barat seperti Riau, Jambi, dan Bengkulu.

Ayah beliau juga merupakan ulama besar yang disebut sebagai Syaikhul masyaikh Ulama Minangkabau, yaitu Syaikh Muhammad Sa’ad al-Khalidi Mungka (wafat 1920). Syaikh Jamil Sa’adi belajar agama dari ayahnya, kemudian bermukim di Mekkah beberapa tahun untuk mendalami ilmu agama, terutama fiqih. Kemudian ia belajar tasawuf, yaitu mengamalkan Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Batubesurat, Kampar.

Baca Juga:

Syaikh Jamil Sa’adi adalah seorang faqih yang mumpuni, berdakwah dengan lemah lembut, dan bentuk-betul menjadi teladan bagi generasi setelahnya. Kealimannya, disampaikan oleh murid-murid beliau yang masih hidup saat ini, bahwa beliau menjadi tempat bertanya perkara-perkara musykil dalam furu’ syari’at. Bahkan dari ulama sendiri. Syaikh Sulaiman Arrasuli Canduang pernah mendatangi beliau khusus mendiskusikan masalah faraidh, sebagai contoh. Ini diceritakan oleh khadam Syaikh Jamil Sa’adi, Khalifah Haji Syarqawi yang masih hidup saat ini dalam usia 88 tahun.


Pada tahun 1951 M, Syaikh Jamil Sa’adi berfoto bersama anaksiak (santri) di Madrasah-nya tersebut. Dalam foto tersebut Syaikh Jamil Sa’adi duduk di tengah, diapit oleh murid-muridnya laki-laki dan perempuan dengan memegang kitab. Murid-muridnya perempuan, sebagaimana terdapat dalam foto memakai penutup kepala yang rapat sebagaimana jilbab yang kita kenal hari ini.

Inilah satu bukti betapa ulama-ulama berproses mengajarkan kaum ibu menutup kepala sesuai dengan fiqih. Foto ini menyanggah pendapat sementara netizen yang mengatakan bahwa jilbab rapat yang kita kenal saat ini baru ada sejak era 1980-an. Toh, foto ini, dicatat oleh cucunya, tertanggal 22 Februari 1951.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *