Manuskrip tentang sholat Perpusnas, kode NB.564
Sholat adalah ibadah wajib bagi kaum muslim. Semua sudah mafhum bahwa sholat menjadi bagian dari rukun islam, yang mana islam akan menjadi sempurna ketika rukunnya dipenuhi; Syahadad, sholat lima waktu, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu. Oleh sebab itu meninggalkan sholat bisa berarti meninggalkan rukun, otomatis tidak lengkap keislamannya.
Karena sholat adalah sebuah ibadah wajib, maka wajar jika ada tuntunan dalam melaksanakannya. Mulai dari syarat dan rukunnya, kemudian sampai pada tingkatan khusyuk dan lain sebagainya. Namun jauh dari pada itu, ada sebuah penekanan yang mendalam perihal sholat. Jika salah satu rukun sholat adalah ruku’ dan sujud, maka menurut Manuskrip yang didigitalisasi oleh pihak Perpusnas dengan kode NB.564 manuskrip tentang sholat, sumber; Sambung Jaring ini dikatakan bahwa “Masalah sholat iku dudu’ mung perkara ruku’ lan sujud, tetapi sholat iku wahidiyahing Haq.”
Sholat bukan hanya perkara ruku’ dan sujud saja, sholat adalah penyatuan terhadap Yang Haq (Allah). Penekanan dalam pembukaan (Muqaddimah) kitab tersebut memberi gambaran bahwa setiap gerakan sholat memiliki maksud dan af’al (interpretasi dari sebuah sifat) sendiri. Mula-mula dikatakan bahwa “Angadêk ruku’ iku anggone nyata sholat, kerana sholat iku ahadiyah, anjenengaken sholat iku kerono bender-benderê weruh (ing Allah).” Mendirikan ruku’ yang sejatinya sholat, karena sholat adalah proses penyatuan, dinamakan sholat karena sebenar-benarnya tahu terhadap (hakikatnya) Tuhan.
Tentu hal ini akan menemui ragam tafsir, khususnya tentang gerakan-gerakan dalam sholat. Ruku’ seperti halnya sikap penghormatan kepada tuan, dalam hal ini kepada Tuhan. Bentuk terima kasih atas segala nikmatNya, utamanya kesehatan. Menurut Syeikh Muhammad Jamaluddin al-Qasimy mengatakan bahwa kalimat takbir dalam setiap gerakan sholat adalah pemujaan kepada Allah, di mana ketika mengucapkan kalimat “Allahu” maka simpanlah dalam hati tanpa mengurangi kesungguhan dalam mengucapkannya, lalu sambunglah dengan ungkapan mengagungkanNya; “Akbar”. (Mau’idlat al-Mu’minin, Juz 1:24)
Artinya sholat tidak hanya menjadi rangkaian ibadah wajib yang dilakukan karena hukum wajibnya, tetapi karena proses manunggalingnya. Ahadiyah atau manunggaling dalam sholat akan membawa kepada sikap Khusyu’. Hal ini berkaitan erat dengan cinta. Cinta yang sudah tertuju hanya kepada satu objek saja maka yang lain dianggap hampa. Ujar-ujaran lama mengatakan jika sudah saling cinta maka dunia serasa milik berdua. Sehingga ketika dasar cinta itu sudah mandarah daging maka sholat atas dasar cinta akan berujung pada kekhusyukan.
Pada halaman selanjutnya dikatakan bahwa “Angadek dudu tetepé delamakan ing bumi tetapi iku anggon nyata angadek kerana tegesé alip af’al sifate qahhar kang dadi anasire geni, tetapi dudu geni kang murup lan mati, tetapi rupa niyat.” Berdiri yang dimaksud dalam sholat adalah bukan menetapnya telapak kaki di bumi, melainkan menjadi simbol atas tegaknya “Alif” af’alnya sifat Qahhar (berani), pun menjadi unsur atas api, tetapi bukan api yang bisa padam atau menyala, karena api yang dimaksud adalah kesungguhan dalam niat.
Kesungguhan niat inilah yang menjadi awal manunggaling dalam sholat. Setiap perkara tergantung niatnya, ucapan Nabi demikian. Artinya niat selalu mempengaruhi proses setiap hal, dan barang tentu akan mempengaruhi hasilnya. Niat dalam sholat adalah sebuah pijakan awal untuk menunjukkan kehambaan manusia di hadapan Tuhan. Pelafalannya memang berbunyi “nawaitu” tetapi lakunya adalah menyerahkan diri sepenuh hati kepada Tuhan. Atas dasar cinta dan pengabdian maka sedikit demi sedikit niat itu akan menjadi sebuah pijakan yang kokoh. Islam adalah agama yang memiliki konsekuwensi nilai yang tinggi. Etika menjadi sorotan tajam bagi setiap pemeluknya, hal ini berakar pada perintah Tuhan kepada Nabi Muhammad, bahwa Kanjeng Nabi Muhammad diperintahkan untuk menyempurnakan akhlak umatnya.
Etika dalam sholat juga menjadi pertimbangan atas purnanya manusia sebagai hamba. Karena yang wujud adalah nilai setelah sholatnya, menghargai sesama, menghormati keragaman, gotong royong guyup rukun, dan lain sebagainya. Karena untuk menjadi muslim yang baik hanya perlu menerima prinsip-prinsip keimanan, menjalankan rukun islam, membantu siapapun yang membutuhkan (anak yatim, sanak famili, kolega, kaum papa, dan lain sebagainya), menjaga profesionalitas, dan sabar ketika menghadapi cobaan dariNya. Abdurrahman Wahid (2006:4)
Ketika sholat menjadi sebuah nilai dari prinsip penghambaan kepada Tuhan, maka apapun yang dilakukan semasa hidup akan bernilai sholat. Para sepuh menuliskan serat dan kitab-kitab tidak lain untuk mentransformasikan kepekaan yang menjadi tujuan pembangunan diri, menemukan jati diri, menyadari bahwa manusia hanya hamba yang papa di hadapan Tuhannya. Dari kitab ini kita dapat belajar bahwa sholat bukan hanya sebagai rutinitas religius semata, meliankan sebagai ruang yang sangat luas untuk melihat diri sendiri (introspeksi) dan menyadari kehambaannya. Hal ini sejalan dengan apa yang sudah mafhum kita ketahui bersama; “Man ‘arafa nafsahu, faqad ‘arafa rabbahu.”
Dalam kitab ini sholat menjadi sebuah renungan yang mendalam atas kebesaran Tuhan, takbir al-ihram bukan rupa bacaan dari delapan huruf “Allahu akbar” tetapi manteping ati utawa lali sajeroning ati. Artinya tidak hanya berdiri, ruku’ dan sujud yang memiliki nilai-nilai substansial. Dalam bacaan takbir al-ihram, manusia diharapkan lupa atas hal duniawiyah, lupa yang sedalam hatinya. Pendek kata, sholat tiada lain hanya mengingat Allah semata. Udar rasa pada setiap gerak dan bacaan dalam sholat tentu akan berkembang interpretasinya. Walaupun untuk perihal keyakinan, sifatnya sangat personal. Hanya manusia dengan Tuhan. Tetapi dalam kehidupan sehari-hari, cerminan dan nilai-nilai sholat menjadi pola komunikasi antar sesama manusia dan alam raya. Para sepuh dengan ragam warisannya berusaha untuk ngudari rasa agar membuahkan pengetahuan dan prilaku yang bisa dituturtinularka kepada generasi penerus. Semoga kita semua kelimpahan manfaat dan barokah para sepuh pinisepuh semua. Amin.[
No responses yet